
Banyak orang berpendapat bahwa saya tidak punya musuh. Orang seperti itu, kata Ibnu Hazm, _majnun_ (gila). Bahkan ada ungkapan, ‘lebih baik punya musuh yang cerdas dari pada kawan yang bodoh. Artinya kalau orang itu sadar bahwa dia punya musuh, maka dia akan sangat berhati-hati untuk menghadapinya. Apalagi bila musuh itu bukan satu tapi banyak bahkan jaringan.
Siapakah musuh kita itu? Iblis dan pasukannya. Lihat pergolakan orang tua kita menghadapi Iblis, tidak berdaya,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى (١١٦)فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى (١١٧)إِنَّ لَكَ أَلا تَجُوعَ فِيهَا وَلا تَعْرَى (١١٨)وَأَنَّكَ لا تَظْمَأُ فِيهَا وَلا تَضْحَى (١١٩)فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى (١٢٠)فَأَكَلا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى (١٢١)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Lalu mereka pun sujud kecuali Iblis; dia menolak. Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang. Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.” Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, “Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.“ (QS. Thaha, 20: 116-121).
Karena itu, musuh itu berkembang menjadi setan. Dia bukan makhluk tapi sifat bagi siapa saja yang berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Setiap Nabi alaihimussalam yang diutus Allah subhanahu wa Ta’ala akan dihadang oleh kekuatan setan manusia dan jin termasuk kita para pengikut Nabi ﷺ,
Bagaimana cara kita melumpuhkan jaringan setan manusia dan jin itu?
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ (199) وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ اِنَّهٗ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf, : 199-200).
Yaitu, menghadapi setan manusia, caranya dengan berbuat kebaikan kepadanya. Karena kebaikan dan keburukan itu tidaklah sama. Kebaikan itu cahaya, dan keburukan kegelapan. Bila kita diperlakukan buruk, balaslah dengan kebaikan. Seperti pohon mangga, dilempar orang, dia jatuhkan mangganya, itu prinsipnya.
Bila ada orang yang berbuat buruk kepadamu dan Anda balas dengan keburukan juga, saat itu Anda dan dia sama. Subhanallah luar biasa. Siapa yang bisa? Orang yang berjiwa besar.
Tetapi ketika menghadapi setan jin, tidak ada jalan lain kecuali kita berlindung kepada Sang Pencipta jin itu, Allah subhanahu wa ta’ala, beres, selesai. Begitulah petunjuk Al-Qur’an yang harus kita pegangi agar selamat dari tipu daya setan manusia dan jin.
Gimana cara setan merayu manusia agar terjerumus masuk neraka bareng-bareng? Ada tujuh langkah yang harus kita ketahui agar dapat menghindarinya:
Pertama, mengajak kepada kemusyrikan agar manusia menyembah selain Allah. Kalau dia kuat tauhidnya tidak mau, maka setan melangkah yang ke;
Dua, menjerumuskannya dalam bid’ah atau aliran sesat. Kalau dia berpegang dengan sunnah, maka setan mendorong ke;
Tiga, menjerumuskan kedalam kubangan dosa besar. Kalau ternyata pertahanan taqwanya bagus, maka akan didorong setan ke;
Empat, agar terjerumus dalam dosa kecil. Sampai di sini manusia ini sadar bahwa dosa kecil itulah yang akan menghantarkan kepada dosa besar. Zina itu diawali oleh pandangan yang liar, dia tutup pintu itu. Maka setan akan beralih ke;
Lima, disibukkan dengan dunia yang mubah agar tenggelam dengan gegap gempitanya. Rupanya, hamba ini sadar bahwa dunia menipu ibarat nenek tua yang pandai berhias dari jauh kelihatan cantik bila didekati, ‘yah nenek nenek, haha.’ Pertahanan masih kuat tidak terpengaruh oleh tipu daya sang nenek sihir itu. Maka setan akan beralih ke;
Enam, menyibukkannya dengan sunnah-sunnah agar lalai terhadap yang wajib. Malam dibangunkan untuk tahajjud menjelang Subuh dibikin ngantuk sampai tertidur Subuhnya kelewatan. Menyadari hal itu si hamba bertahan dengan prioritas yang wajib dan dilengkapi dengan yang sunnah. Jurus terakhir setan mengeluarkan segala daya dan upayanya untuk ke;
Tujuh, mendorong sang hamba untuk terus berbuat baik dalam segala hal, hablum minallah dan hablum minannas, tapi dimaksudkan di dalam dirinya biar orang tau dia hebat, shalih, dan keren. Itulah riya’. Kalau ternyata hamba itu sadar sampai dia tutup pintu riya’ itu, selamatlah dia dari godaan setan. Alhamdulillah, awwalan wa aakhiran.
Pantas kalau Iblis berkata di hadapan Allah; “Sedikit hambamu yang selamat. Itulah orang yang ikhlas.” Ayo sadari kita punya musuh yang akan menghancurkan kita. Waspada, tapi jangan bermusuhan dengan sesama orang beriman. Saat itu, kita jadi kaki tangan setan.
_Wallahul Musta’an_