SEKILAS INFO
: - Kamis, 14-08-2025
  • 5 bulan yang lalu / Hadirilah !!! Tarawih bersama Para Imam Masjid Ponpes Darul Fithrah dengan 4 Riwayat Bacaan. Setiap hari selama Ramadhan
  • 5 bulan yang lalu / Bingung cari bahan kultum Ramadhan? Disini tempatnya
  • 1 tahun yang lalu / Pengambilan Sanad Al Qur’an Qira’ah Imam Ibnu katsir (Riwayat Al Bazzi & Qunbul) Online bersama Ust Khoirul H. Faturrozy, info hub. 089667586200  

Lho, Kyai ini dan doktor ini yang ahli agama saja melakukan ini,kok. Apa iya salah?” rasanya kok mustahil, ya?

Ulama merupakan suri tauladan ummat. Pewaris para nabi ini tak lain adalah penyambung tugas para Nabi untuk mendakwahkan Islam dan memberi teladan yang baik kepada umat. Dan sudah selayaknyalah jika perbuatan mereka dicontoh dan menjadi salah satu penentu patokan umat. Apalagi jika telah mencapai derjat mujtahid, taqlid pun diperbolehkan bagi yang kurang mampu mengkaji agama lebih dalam.

Hanya saja, para ulama jug manusia. Mereka bisa salah, lupa, terbujuk nafsu atau terkena fitnah syubhat. Atau belum mengetahui sesuatu yang sebenarnya hukumnya sudah ada dalam islam. Untuk hal ini, siapapun tidak alan menyanggah dan memang fakta ini tidak boleh disanggah. Yang tidak pernah salah dan disetir nafsu atau teracuni syahwat hanyalah para Nabi. Ini sudah menjadi aksioma, tak bisa dibantah.

Rasulullah bersabda :

 

“setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang bertaubat.” (HR at Tirmidzi).

Oleh karenanya, tidak semua yang dilakukan ulama pasti benar. Artinya, kita tidak diperkenankan menetapkan benar-salahnya suatu masalah hanya berdasar perbuatan satu atau dua orang ahli agama.

Kebenaran hanya dari Allah, dicontohka implementasinya oleh Rasulullah dan dijelaskan maksudnya oleh para ulama. Semua orang bisa mempelajari dan mengetahui kebenaran ini. Termasuk memberi koreksi kepada orang lain, jika orang lain tersebut tidak sesuai dengan kebenaran.

Kalimat, “Lho, Kyai ini dan doktor ini yang ahli agama saja melakukan ini, kok. Apa iya hal ini salah?” rasanya ko mustahil, ya?” seakan menyatakan bahwa ahli agama tak mungkin salah. Tidk mustahil ulama, sekelas apapun keilmuawannya, melakukan kesalahan.

Saat salah seorang ulama salah, umat memang harus berhusnuzhan lalu bertabayyun alias klarifikasi. Kemudian saling memberi nasihat dengan cara yang baik. Bukan menghujat dan mencaci. Hanya saja, sekali lagi, tidak semua yang dilakukan ulama dapat dijadikan patokan kebenarn. Karena seperti disebutkan sebelumnya, mereka bisa salah dan lupa. Ada kalanya pula terbujuk nafsu atu terkena syubhat.

TINGGALKAN KOMENTAR

PENGUNJUNG