Gara-gara nggak jujur hidup jadi nggak mujur
Ikhwan. Ketika cahaya dakwah mulai mengetuk pintu-pintu rumah penduduk Makkah, kota bersejarah itu seakan terbelah menjadi dua kubu.
Yakni kubu mukmin dan kafir atau kubu haq dan kubu batil. keduanya saling berdiri terpisah satu sama lain. Masing-masing dari keduanya berusaha mengikatkan diri dengan simbol-simbol karakter kelompoknya. Orang mukmin hidup dengan karakternya dan orang kafir juga hidup dengan karakternya sendiri.
Nah, kejujuranlah karakternya orang mukmin bahkan ia adalah pondasi dari seluruh bangunan kehidupan mereka. tidak mengherankan, karena beriman itu adalah sebuah pilihan yang diambil setelah hati jujur mengakui kebenaran yang turun dari Rabb semesta alam. Bahkan Rasulullah SAW pun menggelari sahabat tercintanya Abu Bakar dengan gelar ”Ash-shiddiq”. Sebuah gelar yg sangat mulia yang bermakna “membenarkan lagi dibenarkan” ini tidak salah. Karena sahabat Abu Bakar tidak pernah sekalipun ragu akan kebenaran yang keluar melalui lisan RasulNya.
Begitupula nabi kita tercinta pun digelari “Al-Amin” yang bermakna ”orang yang terpercaya” oleh para penduduk Makkah sebelum beliau diangkat menjadi rasul karena budipekerti yang baik dan karakternya yang selalu memegang amanah.
Coba anda perhatikan ! Bukankah gelar-gelar seperti : Al-Amin, Ash-Shiddiq itu sangat dekat dengan kejujuran ?. Tidak, bukan hanya dekat tapi lekat, Pada akhirnya, kejujuran adalah karakter orang mukmin dalam hidupnya.
Sedangkan pada kelompok kedua, Yakni kubu kafir, karakter utama dalam hidup mereka adalah dusta. Sebab kufur adalah sebuah pilihan yang diambil setelah hati mereka mendustakan kebenaran yang datang dari Allah SWT.
Ini terlihat pada julukan-julukan yang disematkan orang-orang quraisy kepada Nabi SAW seperti orang gila, tukang syair, tukang sihir, dan lainnya. Padahal sebelum beliau diutus sebagai rasul mereka menjuluki beliau dengan ”Al-Amin” atau “orang terpercaya” lalu kenapa julukan-julukan itu seakan menghilang setelah beliau diutus sebagai rasul ? sudah jelas, mereka mendustakan kebenaran yang datang dari Allah SWT,
Nah, perbedaan karakter ini mau tidak mau akan berpengaruh besar terhadap kehidupan, agama maupun sosial.
Bagaimana jika suatu masyarakat dipenuhi oleh para penipu dan pendusta ? jika itu terjadi, kehancuran adalah jawabannya. Ini membuktikan bahwa jujur membawa kepada keberuntungan. Sebaliknya, kebohongan akan membawa kepada kebuntungan atau kehancuran,
إن الصدق يهدي إلى البر و إن البر يهدي إلى الجنة
“Sesungguhnya kejujuran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun kepada syurga” (Muttafaq alaih)
Sebagai makhluk sosial kondisi seseorang seringkali dipengaruhi oleh manusia lainnya. Dalam membiasakan karakter jujur pun sama. Lingkungan sangat berperan besar dalam sukses atau tidaknya proses ini.
Jika saja sejak kecil seseorang telah terbiasa melihat praktik “kebohongan” kemungkinan besar kebohongan akan menjadi karakternya. Bahkan bisa jadi baginya kebohongan bak permainan yang mengasyikkan! Naudzubillah min dzalik.
Coba kita sedikit menengok kebarat. Disana mereka memiliki satu perayaan dimana seseorang boleh berbohong kepada orang lain, boleh membodohi dan mempermainkan orang lain, bahkan demi memeriahkan hari itu beberapa komunitas sengaja merencanakan trik untuk membohongi orang lain. Justru aneh dan tidak gaul jika tidak ada yang dipermainkan dan ditertawakan dihari itu. Orang yang menjadi korban tidak boleh emosi, apalagi ngamuk ? hari aneh itu dinamai “april mop” atau “april fools day” yang dirayakan setiap tanggal 1 april. Alangkah buruknya adat tersebut selama sehari penuh setiap orang boleh menipu orang lain.
Ada kisah yang cukup membuat kita merinding..
Suatu ketika, tanggal 1 april 1946 pemerintah hawaii mengeluarkan sebuah peringatan akan terjadinya Tsunami menyusul gempa yang telah terjadi disalah satu negara bagian amerika serikat itu. Orang-orang pun hanya nyengir saja,,
“Ah, paling hanya lelucon saja, kami sudah hafal gaya kalian” pikir mereka ini tidak aneh. Karena hari itu memang bertepatan dengan perayaan april mop. Pun pembawa berita di TV sudah terlalu sering berbohong ditanggal itu.
Tapi diluar dugaan semua orang, tsunami yang diberitakan itu secara tiba2 muncul dan menghantam rumah2 dan gedung2 mereka. Mereka berusaha lari menyelamatkan diri ke tempat yang tinggi. Namun usaha mereka sia-sia. Air bah sudah terlanjur memperok-porandakan negeri mereka. Akibatnya 165 penduduk hawaii pun tewas dan beberapa banyak yang mengalami luka-luka.
Dari peristiwa dalam kisah nyata diatas kita bisa ambil kesimpulan bahwa sadar atau tidak bangsa barat tengah mengajarkan kebohongan kepada anak-anak mereka, masyarakat mereka, dan bangsa mereka. Apa yang terjadi ? kebuntungan dan kehancuran adalah jawabannya
Begitulah akibatnya. Meski ringan diucapkan namun sangat merusak dan membahayakan. Apalagi jika ia dibumbui dengan bumbu“kebiasaan” maka akan semakin dahsyatlah kerusakan itu. Wallahu a’lam. (Said Almusayyaf, DF)