SEKILAS INFO
: - Jumat, 19-04-2024
  • 4 minggu yang lalu / Telah di buka SEDEKAH BUKA PUASA UNTUK SANTRI Darul Fithrah, mari kita raih pahala sebanyak banyaknya salah satunya dengan memberi makan dan minum orang yg berpuasa di bulan Ramadhan yg mulia ini.
  • 4 minggu yang lalu / Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an , mari kita gunakan waktu di bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi isi Al Qur’an.
  • 3 bulan yang lalu / Bingung pilih pondok Tahfidz atau pondok IT ? di Darul Fithrah kamu bisa dapat keduanya. Lebih Efektif & Efisien
Raad al-Muhtar ‘ala ad-Duur al-Muhkhtar | Core Book Madzhab Hanafi

RESENSI KITAB

KARTU TANDA BUKU

JUDUL                        : Raad al-Muhtar ‘ala ad-Duur al-Muhkhtar

PENGANRANG          : Ibnu Abidin

PENERBIT                  : Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah

TEMPAT/TAHUN       : Beirut, 2003 M/1424 H

CETAKAN                  : cetakan ke II

ISBN                            : 2-7451-2510-9

JUMLAH HALAMAN : 14 Jilid

PERESENSI                 : Taofiqur Rahman

PROLOG KITAB

            Raad al-Muhtar ‘ala ad-Duur al-Mukhtar karya Ibnu Abidin merupakan kitab paling masyhur pensyarah kitab ad-Durr al-Mukhtar karya a-Hashkafi. Kitab ini bisa dikatakan kitab terbaik dalam memberikan hasyiah terhadap kitab ad-Durr al-Mukhtar, karena banyak sekali kitab-kitab lain yang mensyarah kitab ad-Duur al-Mukhtar. Kitab Ibnu Abidin ini juga kitab yang cukup mewakili pendapat Madzhab Hanafi.

PERBEDAAN ANTARA HASYIAH DAN SYARAH

Mungkin ada yang masih belum mengerti apa perbedaan antara kitab hasyiah dan kitab syarah. Dari asal bahasanya, hasyiah interaksi pinggir. Memang dari segi tata letak kitab turats jaman dahulu, biasanya hasyiah berada di pinggir suatu kitab. Sedangkan syarah penjelasan penjelasan, syarah bisa saja dibawah atau bercampur dengan kitab matan.

Pengertian yang berkembang dalam dunia kitab turats, kitab syarah adalah kitab yang menjelaskan kitab matan atau kitab nadzam. Syarah biasanya menjelaskan semua kandungan matan, kadang matan dibahas perkata, kadang perkalimat. Sedangkan hasyiah biasanya hanya menjelaskan beberapa poin saja dari syarah yang perlu, Bisa dikatakan hasyiah adalah syarahnya syarah.[1]

 

BIOGRAFI PENULIS

            Ibnu Abidin merupakan salah satu fuqaha dan pemuka Madzhab Hanafi di masanya. Ibnu Abidin dilahirkan di Syam pada tahun 1198 H. Nama lengkapnya adalah Muhammad Amin bin Umar bin Abdul Aziz bin ahmad bin Abdur Rahim bin Najmuddin bin Muhammad Sholahuddin,  kemudian lebih populer dengan sebutan Ibnu Abidin.

Sejak kecil Ibnu Abidin sudah memperoleh pendidikan agama secara langsung dari ayahnya yang juga seorang faqih, yaitu Umar Ibnu Abdul Aziz, namun tidak sepopuler Ibnu Abidin. Selanjutnya, Ibnu Abidin belajar agama pada beberapa guru yang juga merupakan kolega ayahnya sendiri. Ibnu Abidin sudah hafal Al-Qur’an 30 juz dalam usia masih muda. Umar Ibnu Abdul Aziz, ayah Ibnu Abidin berprofesi sebagai pedagang (saudagar), sehingga sering mengajak Ibnu Abidin berniaga dari satu tempat ke tempat lain.

Sewaktu Ibnu Abidin sedang membaca Al-Qur’an sambil menunggu dagangan ayahnya, lewatlah seorang laki-laki dari kalangan orang shalih dan mengomentari bacaan Al-Qur’an Ibnu Abidin. Laki-laki tersebut memandang bahwa bacaan Al-Qur’an Ibnu Abidin tidak tartil dan tidak menggunakan tajwid secara baik. Laki-laki tersebut juga menyatakan bahwa kebanyakan manusia tidak sempat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an karena kesibukannya dalam berdagang. Jika tidak mendengarkan bacaan Al-Qur’an, maka mereka berdosa. Begitu juga Ibnu Abidin, ikut berdosa karena membuat mereka berdosa tidak mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan komentar itu, bangkitlah Ibnu Abidin dan langsung bertanya pada laki-laki itu tentang ahli qira’ah yang terkenal waktu itu. Laki-laki itu menunjukkan seorang ahli qira’ah yaitu Syaikh al-Hamawi, dan pergilah Ibnu Abidin kepadanya dan meminta agar diajari ilmu tajwid dan hukum-hukum qira’ati. Selanjutnya, Syaikh Al-Hamawi memerintahkan Ibnu Abidin untuk menghafal matan Jazari dan Syatibi, kemudian ia belajar nahwu, sharaf, tafsir, hadits, mantiq dan fiqh. Ketika belajar fiqih, pertama-tama Ibnu Abidin mempelajari fiqih madzhab Syafi’i.[2]

URGENSI KITAB

kitab ini membahas masalah-masalah fiqih yang selanjutnya terkenal dengan nama Hasiyah Ibnu Abidin. Kitab ini merupakan kitab fiqih populer yang disusun sesuai dengan madzhab Hanafi oleh ulama Hanafiyah generasi mutaakhirin. Buku ini banyak sekali menguraikan permasalahan yang muncul pada zaman itu dengan menggunakan metode yang berlaku pada mazhab Hanafi. Kitab ini merupakan syarah dari kitab Duur al-Mukhtar yang merupakan syarah dari matan Tanwir Al-Absar. Tanwir Al-Absar adalah kitab karya syaikh at-Tumurtasyi, kitab ini disusun sangat ringkas dengan sistematika fiqih.

METODE PENULISAN KITAB

            Dalam mengarang kitab Raad al-Muhtar ini, pada mulanya imam Ibnu Abidin mencoret-coret kitab ad-Duur al-Mukhtar, istilahnya taswidul kitab. Lalu beliau tuliskan kembali dengan lebih rapi. Beliau tulis dari bab al-Ijarah sampai akhir kitab. Setelah itu beliau memulai kembali dari bab pertama. Tetapi ketika sampai awal bab Qadha’ pada titik as-Syahadat, beliau meninggal. Akhirnya proses coretan-coretan Ibnu Abidin kembali diteruskan oleh anaknya.

KITAB TAKMILAH (PELENGKAP)

Setelah Ibnu Abidin wafat, anak dari Ibnu Abidin yang bernama as-Sayyid ‘ala’u ad-Din Muhammad bin Muhammad Amin bin Umar ad-Dimasyqi yang masyhur juga dengan panggilan Ibnu Abidin, menulis kitab penyempurna dari kitab Raad al-Muhtar. Kitab itu berjudul Qurrat al-‘Uyun al-Akhbar litakmilati Raad al-Muhtar. Kitab Qurrat al-‘Uyuni al-Akhbar  ini dimulai dari akhir bab al-Qadha’, mencakup bab persaksian, wakalah, ad-da’wa, Iqrar, as-Shulhu, al-Mudharabah, simpan-pinjam, hibah. [Ahmad bin Muhammad Nashiruddin an- Naqib, al-madzhab al-Hanafi marahiluhu wa thabaqatuhu, 2/584].

RINCIAN ISI KITAB

            Kitab ini terdiri dari empat belas jilid yang di bagi menjadi tiga bagian. Jilid pertama sampai jilid ke-10 merupakan kitab Raad al-Mukhtar itu sendiri yang ditulis oleh imam Ibnu Abidin. Kemudian jilid 11 dan 12 adalah kitab selanjutnya yang ditulis oleh putra imam Ibnu Abidin sebagai pelengkap dari kitab Raad al-Mukhtar dengan judul Qurrot ‘Uyun al-Akhbar. Kemudian pada jilid 13 dan 14 adalah kitab yang ditulis oleh imam Abdul Qadir al-Rafi’i dengan judul Taqrirat al-Rafi’i.

Kitab ini membahas masalah-masalah fiqh yang di bagi menjadi beberapa jilid dengan rincian sebagai berikut;

 

  • Jilid 1 :
    • Kitab thaharah
  • Jilid 2 :
    • Kitab sholat
    • Kitab thaharah
  • Jilid 3 :
    • kitab thaharah
    • kitab zakat
    • kitab puasa
    • kitab haji
  • Jilid 4 :
    • Kitab haji
    • Kitab nikah
    • Kitab talak
  • Jilid 5 :
    • Kitab talak
    • Kitab ‘itak (pembebasan budak)
    • Kitab sumpah
  • Jilid 6 :
    • Kitab Hudud
    • Kitab pencurian
    • Kitab jihad
    • Kitab Laqith
    • Kitab Luqathah
    • Kitab Abiq
    • Kitab Mafqud
    • Kitab Syirkah
    • Kitab wakaf
  • Jilid 7 :
    • Kitab jual beli
    • Kitab Kifalah
  • Jilid 8 :
    • Kitab Hawalah
    • Kitab Qodlo’
    • Kitab Syahadah
    • Kitab Wikalah
    • Kitab Da’wa
    • Kitab Iqrar
    • Kitab Shulhu
    • Kitab Mudhorobah
    • Kitab Ida’
    • Kitab ‘Ariyah
    • Kitab Hibah
  • Jilid 9 :
    • Kitab Ijaroh
    • Kitab Makatib
    • Kitab Wala’
    • Kitab Ikrah
    • Kitab Hajr
    • Kitab Ma’dzun
    • Kitab Ghashab
    • Kitab Syuf’ah
    • Kitab Qismah
    • Kitab Muzara’ah
    • Kitab Masaqah
    • Kitab kurban
    • Kitab hewan kurban
    • Kitab Hadzru dan Ibahah
  • Jilid 10 :
    • Kitab Ihya’ al-mawat
    • Kitab Asyrubah
    • Kitab binatang buruan
    • Kitab Rahn
    • Kitab Jinayah
    • Kitab Diyat
    • Kitab Mu’aqal
    • Kitab wasiat
    • Kitab Khuntsa
    • Kitab Faroidh
  • Jilid 11 :
    • Kitab Faroidh
    • Kitab Hibah
    • Kitab Syahadah
    • Kitab Wakalah
    • Kitab Da’wa
  • Jilid 12 :
    • Kitab Da’wa
    • Kitab Iqrar
    • Kitab Shulhi
    • Kitab Mudhorobah
    • Kitab Ida’
    • Kitab ’Ariyah
    • Kitab Hibah

 

Adapun jilid 13 sampai jilid 14 kitab dengan judul Taqrirat al-Rafi’i. Dan di dalamnya terdapat beberapa pembahasan tak jauh dari kitab Raad al-Mukhtar dalam masalah fiqh, dengan rincian sebagai berikut;

 

  • Jilid 13 :
    • Kitab Thaharah
    • Kitab Sholat
    • Kitab Zakat
    • Kitab Puasa
    • Kitab Haji
    • Kitab Nikah
    • Kitab Talak
  • Jilid 14 :
    • Kitab ‘Itaq
    • kitab Sumpah
    • kitab Hudud
    • kitab Mencuri
    • kitab Jihad
    • kitab Laqith
    • kitab Luqathah
    • kitab Abiq
    • kitab Mafqud
    • kitab Syirkah
    • kitab Wakaf
    • kitab jual beli
    • kitab Kafalah
    • kitab Hawalah
    • Kitab Qodo’
    • Kitab Qodi ila Qodi
    • Kitab syahadat
    • Kitab Wakalah
    • Kitab Da’wa
    • Kitab Iqrar
    • Kitab Shulhi
    • Kitab Mudhorobah
    • Kitab Ida’
    • Kitab ‘Ariyah
    • Kitab Hibah
    • Kitab Ijaroh
    • Kitab Makatib
    • Kitab Wala’
    • Kitab Ikrah
    • Kitab Hijr
    • Kitab Ma’dzun
    • Kitab Ghosob
    • Kitab Syuf’ah
    • Kitab Qismah
    • Kitab Mazara’ah
    • Kitab Masaqah
    • Kitab penyembelihan
    • Kitab hewan qurban
    • Kitab Hadzru dan Ibahah
    • Kitab Ihya’ al-mawat
    • Kitab Asyrubah
    • Kitab berburu
    • Kitab Rahn
    • Kitab Jinayat
    • Kitab Diyat
    • Kitab Ma’aqil
    • Kitab wasiat
    • Kitab Khuntsa
    • Kitab Warisan

 

 

KESIMPULAN

Kitab Raad al-Muhtar karangan imam Ibnu Abidin ini adalah hasyiah dari Kitab ad-Duur al-Mukhtar karya al-Hashkafi yang merupakan syarah dari kitab Tanwir al-Abshar karya at-Tumurtasyi. Al-Hashkafi dalam kitabnya termasuk ketat dalam memilih pendapat yang shahih dari madzhab Hanafi, serta berusaha memilih pendapat yang lebih kuat diantara pendapat-pendapat itu. Al-Hashkafi kadang menampilkan perbedaan pendapat diantara Ulama’ madzhab Hanafi sendiri, penulisnya hanya menampilkan pendapat yang kuat dalam madzhab. Lalu Ibnu Abidin menjelaskan istilah-istilah yang dipakai oleh al-Hashkafi dalam kitabnya, serta menjelaskan beberapa masalah yang musykil. Ibnu Abidin membawakan pendapat ulama’ Hanafiyyah terdahulu dan ringkasan Ulama’ zamannya. Selain menjelaskan kembali isi kitabnya al-Hashkafi, Ibnu Abidin juga menambahkan beberapa masalah baru yang belum dibahas oleh al-Hashkafi. Maka kitab Ibnu Abidin ini sangat berpengaruh dalam perkembangan Madzhab Hanafi serta menjadi rujukan Madzhab Hanafi saat ini. Bahkan dalam perbandingan antar Madzhab. Wallahu a’lam bisshawab.

Corected by: iRist

                [1] https://mustanir.net/mengenal-kitab-kitab-fiqih-madzhab-hanafi-5/

                [2] Baca juga Ibnu Abidin, Raad al-Muhtar, (Beirut, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003) Vol.1 hlm.53

TINGGALKAN KOMENTAR

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Arsip