CAKRAWALA SYAHADAT  | Syahadat Sebagai Implementasi Ketauhidan

 

Betapa dahsyatnya kalimat syahadat! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh generasi Islam pertama. Syahadat merupakan rukun Islam pertama juga pintu masuk Islam, ternyata tidak sembarang orang mengucapkannya.

Terbukti orang-orang musyrik dan kafir Quraisy tidak sanggup melafalkannya, bukan karena mereka tidak mampu (sebab mereka orang arab asli/tulen dan itu adalah bahasa mereka), tetapi karena mereka paham makna dan maksud serta konsekwensi dari kalimat syahadat itu. Syahadat menuntut dan mengharuskan mereka meninggalkan sesembahan warisan nenek moyang dan tradisi-tradisi jahiliyah yang biasa mereka lakukan serta tidak sejalan dengan nafas syahadat tersebut, dan itu sangat berat bagi mereka. Begitu juga, para sahabat tidak masuk Islam dengan melafalkan syahadat ini kecuali setelah mereka faham makna, maksud, dan konsekwensi yang dikandungnya.

Dengan syahadat orang menyatakan keislamannya. Dengan syahadat pula orang yang masuk Islam dituntut untuk memenuhi dan menerima segala konsekwensi yang dikandungnya. Inilah syahadat yang dimaksud dalam Islam yang merupakan implementasi ketauhidan. Syahadat yang membuahkan kedamaian, perbuatan-perbuatan terpuji, serta kemashlahatan bagi umat manusia dan seluruh alam.

Agar syahadat yang dimaksud bisa terwujud, maka menjadi suatu keharusan bagi setiap orang untuk memahami makna syahadat secara paripurna baik ditinjau dari dimensi syahadat itu, keutamaan serta faidah atau pengaruhnya.

Makna dan Dimensi Syahadat

“As-syahadah” merupakan isim masdar dari kata “syahada” yang berarti kesaksian. Adapun “As-syahadah” yang dimaksud di sini adalah; Kesaksian atau ikrar seseorang yang akan masuk Islam bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Saw. adalah utusan-Nya.

“As-syahadah” atau “As-syahadatain” mempunyai dua dimensi yang tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya. Mengakui satu dimensi dan mengingkari dimensi yang lainnya, maka tidaklah dikategorikan masuk ke dalam agama Islam.

Dimensi pertama: Laa Ilaaha illa al-Allah (Tiada Tuhan Selain Allah), mengandung tiga pembahasan pokok yaitu :

  1. Makna

Dimensi ini tidak hanya terbatas pada tauhid rububiyyah saja dikarenakan orang-orang kafir Quraisy pun mengakuinya, tapi lebih dari itu yaitu, tauhid uluhiyyah atau ‘Ubudiyyah bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi dan dipertahankan selain Allah, baik di bumi maupun di langit. Dengan syahadat berarti meniadakan Ilahiyyah, (sifat ketuhanan dan yang berhak disembah) dari selain Allah dan menetapkanNya hanya untuk Allah.

  1. Dalil

Bila kita ingin mengumpulkan dalil-dalil yang berkenaan dengan dimensi ini baik dalam Al-Qur’an maupun As-sunah, kita akan mendapatkan banyak sekali dalil yang berkenaan dengan hal tersebut, karena dimensi ini merupakan pokok dan dasar semua tauhid dan dakwah para Nabi dan Rasul Allah. Oleh karena itu, kita ambil saja dua dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang barangkali representatif pada tempat ini.

Pertama, Firman Allah dalam QS.Muhammad;19, ” Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Allah …”.

Kedua, Sabda Rasulullah Saw. Dalam hadits shahihyang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ” Barang siapa yang mengucapkan laa ilaha ila al-Allah dengan tulus (tanpa syirik) niscaya dia masuk surga”.

  1. Tafsir

Banyak sekali teks-teks baik Al-Quran maupun As-Sunnah yang menafsirkan dimensi ini. Bisa kita lihat misalnya firman Allah dalam QS.Al-Isra;57. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bantahannya terhadap orang-orang musyrik yang menyeru orang-orang Shaleh dan perbuatan ini dikategorikan sebagai syirik besar.

Juga bisa kita lihat QS. At-Taubah;31. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa ahli kitab menjadikan orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, hanya dengan mengambil hukum yang menyimpang yang ditetapkan oleh orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka, mereka dikatagorikan musyrik oleh Allah Swt.

Begitu pula dalam QS. Az-zukhruf; 26-28. Nabi Ibrahim a.s berkata kepada orang-orang kafir, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah (al-bara) kecuali Tuhan yang telah menciptakanku (al-wala)”. Kemudian Allah menyebut “al-wala wal bara” Nabi Ibrahim ini sebagai tafsir syahadat dalam dimensi ini.

Demikian pula dalam QS.Al-baqarah;165-167, Allah mengkategorikan orang yang mencintai sekutu selain Allah seperti kecintaan kepada-Nya sebagai orang musyrik yang kekal di dalam Neraka.

Adapun dari teks As-Sunnah yang menafsirkan dimensi ini bisa kita lihat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sabda Rasul Saw, “Barang siapa yang mengucapkan “Laa Ilaaha illa al-Allah” dan mengingkari atau kafir terhadap sesembahan selain Allah maka haram harta dan darahnya…”.

Dari sekian banyak, hadits ini merupakan yang terbesar dalam menafsirkan dimensi ini dimana Rasul Saw. menjelaskan bahwa mengucapkan syahadat ini bisa menjadi jaminan atas harta dan darah seseorang bila dibarengi dengan pengingkaran dan kekafirannya kepada sesembahan selain Allah.

Dimensi kedua: Anna Muhammadan ar-Rasulullahi (bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah).

Dimensi kedua ini berarti; kewajiban untuk beriman bahwa Muhammad Saw. itu diutus dari sisi Allah, membenarkan segala apa yang dikabarkannya dari Allah, menta’atinya pada setiap apa yang diperintahkannya, meninggalkan segala apa yang dilarang dan dicegahnya, serta beribadah kepada Allah dengan syari’atnya. Dimensi ini disebut juga tauhid risalah.

Adapun dalil bahwa Muhammad Saw itu adalah utusan Allah banyak sekali. Di antaranya bisa kita lihat dalam QS.At-taubah; 128 dan QS. Al-fath : 29. Di dalam kedua ayat tersebut Allah melegitimasi kerasulannya bahkan dia sendiri (Nabi) yang menyatakan dan mengumumkannya.

Signifikansi Syahadat

Selain yang disebutkan di atas, syahadat dalam Islam bahkan dalam kehidupan manusia di dunia ini sangat penting, karena ia merupakan rukun Islam pertama dan pintu masuk Islam. Juga karena syahadat merupakan realisasi tauhid, dalam artian bahwa tauhid ini terwujud dalam syahadat ini.

Selain itu, Allah telah menciptakan makhluk ke dunia ini supaya mengabdi hanya kepada-Nya, mengutus Rasul untuk menyeru manusia untuk mengesakan-Nya, menurunkan kitab-kitab sebagai firman-Nya yang sarat dengan akidah tauhid dan menjelaskan bahwa syirik sangat berbahay a bagi kehidupan baik individu maupun golongan, karena ia merupakan penyebab bencana di dunia serta akhirat dan bagi para pelakunya kekal di neraka kelak.

Sebagaimana para Nabi dan Rasul memulai dakwahnya dengan mengesakan Allah. Rasulullah Saw. pun mengintruksikan kepada para sahabatnya dengan hal yang sama. Sabdanya kepada Muadz tatkala beliau mengutusnya ke Yaman, “…Jadikanlah syahadat An laa ilaha illa al-Allah atau (dalam riwayat lain) “ mengesakan Allah “ yang paling pertama engkau serukan kepada mereka (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Abbas R.A). Karena tauhid ini merupakan hakekat agama Islam dan Allah tidak akan menerima amal tanpanya

Kemudian, tauhid yang dimanifestasikan dalam syahadat merupakan tugas pokok setiap Muslim. Ia harus memulai hidupnya dengan tauhid dan mengakhirinya dengan tauhid. Juga merupakan tugas dalam hidupnya untuk menegakkannya dan menyeru orang kepadanya, karena tauhidlah yang menyatukan barisan kaum Muslimin bahkan Umat manusia semuanya.

Keutamaan Syahadat

Syahadat memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan di antaranya, Pertama, Memberikan keamanan yang sempurna dari adzab Allah dan memberikan petunjuk (QS. Al-An’am; 82)

Kedua, Merupakan tingkatan iman yang paling tinggi dan utama dari sekian banyak tingkatan dan cabang Iman. Sabda Rasul Saw, “ Iman itu enam puluh cabang; paling utamanya adalah ucapan laa ilaha illa al-Allah, dan paling rendahnya adalah membuang yang membahayakan (duri dan sejenisnya ) dari jalan” ( HR. Muslim ).

Ketiga, Lebih dari itu, merupakan pendukung terbesar bagi tercapainya kebahagiaan abadi dan dihapusnya dosa-dosa (selain syirik dan kufur). Sabda Rasul Saw, “ Barang siapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Esa tiada sekutu baginya, dan bahwa Muhammd Saw adalah hamba dan utusanNya, dan bahwa Isa hamba da utusanNya juga kalimatnya yang ia lontarkan kepada maryam dan ruh dariNya, dan surga itu benar, dan neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukannya ke surga atas apa yang dilakukannya”. (HR. Bukhari-Muslim)

Sabda Rasul Saw. yang lain “ Barang siapa yang bertemu Allah (mati) dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, niscaya dia masuk surga, dan barang siapa yang bertemu dengan-Nya dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, niscaya dia masuk neraka” (HR. Muslim).

Selain itu, dalam hadits qudsi Allah berfirman, “ Wahai manusia sesungguhnya engkau kalau datang kepadaku membawa kesalahan-kesalahan yang hampir sepenuh bumi, kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukanku dengan sesuatupun pasti aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepertinya” (HR. At-Tirmidzi)

Faidah, Pengaruh, dan Manifestasi Syahadat

Syahadat bila dihayati dengan mendalam atas landasan ilmu niscaya akan membuahkan banyak faidah dan pengaruh yang teramat dahsyat. Ia akan mengarahkan manusia kepada kemerdekaan dan pembebasan yang hakiki. Membebaskan manusia dari semua belenggu peribadatan dan ketundukan kepada selain Allah. laa ilaha illa al-Allah merupakan deklarasi umum untuk membebaskan manusia dan menumbangkan semua penguasa-penguasa angkuh dan menurunkannya dari singgasana kejahilannya, sekaligus mengangkat dan memuliakan orang-orang mukmin yang tidak sujud kecuali hanya kepada Allah Swt.

Ia pun mampu membentuk manusia berkepribadian seimbang, dalam artian bahwa dengan kalimat tauhid ini orang mempunyai arah dan tujuan yang jelas dalam setiap situasi dan kondisi karena hanya mempunyai Tuhan yang Satu yang Maha Sempurna.

Kemudian kalimat tauhid ini juga merupakan sumber bagi keamanan dan ketentraman manusia, karena ia akan mengisi jiwa pemiliknya dengan keamanan dan ketentraman yang tiada takut kepada selain Allah (QS. Al-an’am; 82)

Begitu pula, kalimat tauhid ini sebagai sumber kekuatan jiwa, karena ia memberikan kekuatan jiwa yang sangat besar dan dahsyat kepada pemiliknya. Jiwanya senantiasa penuh dengan harap (ar-raja’) kepada Allah semata, percaya dan tawakal kepada-Nya, rela dengan ketentuan-Nya, sabar atas berbagai ujian yang menimpanya dan merasa cukup atas pemberian-Nya tanpa melupakan usaha dan kerja nyata.

Kalimat tauhid pun merupakan dasar persaudaraan dan egalite, sebab ia tidak membolehkan penganutnya untuk menjadikan sebagian kepada sebagian yang lain Tuhan dan tandingan selain Allah. Maka sifat Uluhiyyah hanyalah milik Allah dan ibadah seluruh manusia bermuara kepada-Nya.

Dari uraian singkat di atas, dapat kita simpulkan bahwa cakrawala syahadat sebagai implementasi ketauhidan meliputi semua pranata sosial kehidupan. Dari mulai individu, golongan, kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan kehidupan antar bangsa juga antar negara. Hal ini tiada lain karena risalah kalimat tauhid merupakan deklarasi umum dan menyeluruh bagi sekalian manusia di alam raya ini. Wallahu a’lam

-Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits Universitas Al-Azhar Kairo. Koordinator Bidang Taklim FOSPI. Ayip Saepudin