SEKILAS INFO
: - Jumat, 26-04-2024
  • 1 bulan yang lalu / Telah di buka SEDEKAH BUKA PUASA UNTUK SANTRI Darul Fithrah, mari kita raih pahala sebanyak banyaknya salah satunya dengan memberi makan dan minum orang yg berpuasa di bulan Ramadhan yg mulia ini.
  • 1 bulan yang lalu / Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an , mari kita gunakan waktu di bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi isi Al Qur’an.
  • 3 bulan yang lalu / Bingung pilih pondok Tahfidz atau pondok IT ? di Darul Fithrah kamu bisa dapat keduanya. Lebih Efektif & Efisien
Karena Hidup Adalah Pilihan

Sama Sebab Beda Hasil

Alkisah, hidup 2 laki-laki bersaudara yang tinggal bersama seorang ayah. Sang Ayah memiliki tabiat yang sangat buruk. Ia seorang perokok berat, gemar minum minuman keras dan pecandu narkoba. Hingga menyebabkan ia masuk penjara dan akhirnya mati dengan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kebiasaannya itu. Singkat cerita, dua anaknya tumbuh dewasa dengan kepribadian yang sangat berbeda. Sang kakak tumbuh menjadi pemabuk seperti ayahnya, bahkan ia juga menjadi salah satu pengedar narkoba di kotanya. Kemudian ia tertangkap oleh polisi dan dijebloskan ke penjara. Adapun sang adik sukses menjadi seorang dokter yang hebat. Ia sering mengadakan kegiatan sosial untuk masyarakat. Walhasil, namanya-pun di sanjung dan terkenal di seantero negeri. Apa yang menyebabkan dua bersaudara ini mendapat hasil yang sangat berbeda?

Ternyata penyebabnya sama. Ketika polisi menginterogasi sang kakak, kenapa ia bisa menjadi seperti saat ini, ia menjawab, “Karena ayah saya.” Ia melihat ayahnya mabuk-mabukan setiap hari, membuat ia perlahan-lahan mengikuti kebiasaan ayahnya itu. Kemudian ia tahu bahwa ayahnya ternyata pengguna narkoba, ia pun mengambil jalan yang sama. Sang Adik suatu ketika juga ditanya dengan pertanyaan yang sama ketika diwawancara oleh wartawan, apa yang menjadikan anda bisa sampai seperti ini? Ia menjawab, “Karena ayah saya.” Ia kemudian menceritakan sedikit tentang ayahnya dan penyebab kematiannya. Kemudian ia berkata, “Saya tahu bahwa di luar sana masih banyak orang seperti ayah saya. Itulah kenapa setiap saya melihat ayah saya, saya ingin menjadi seorang dokter. Karena saya ingin menyadarkan lebih banyak masyarakat akan bahaya rokok, minuman keras dan narkoba. Juga supaya saya bisa membantu mengobati orang-orang yang telah terjerumus dalam hal-hal itu. Sehingga tidak ada lagi yang harus bersedih kehilangan orang-orang terdekat nya.”

Dari cerita di atas bisa kita ambil pelajaran, bahwa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh respon yang kita pilih, bukan oleh keadaan yang menimpa kita. Dua bersaudara tersebut tumbuh bersama, dari seorang ayah yang sama, dengan kondisi keluarga yang sama, namun hasilnya sungguh sangat berbeda. Dua bersaudara itu memiliki masalah yang sama, tapi mendapatkan hasil yang berbeda semata-mata karena respon dan sikap mereka terhadap masalah tersebut juga berbeda. Kita tak bisa menghindari masalah, tapi kita selalu bisa memilih respon kita terhadap masalah itu.

Bukti Keadilan Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian”. (HR. Muslim)

Diantara faedah yang bisa kita ambil dari hadits tersebut adalah kita tahu bahwa Allah itu Maha Adil. Bentuk tubuh, warna kulit, rupa dan kekayaan yang ada pada kita adalah pemberian dari Allah yang kita tidak bisa memilih nya. Karena itulah Allah tidak menilai seseorang dari hal-hal tersebut. Seandainya Allah hanya memasukkan ke surga orang-orang yang berkulit putih saja, atau orang-orang yang banyak harta saja, maka sungguh ini adalah bentuk diskriminasi dan ketidakadilan. Maha Suci Allah yang mustahil berlaku zalim terhadap hamba-Nya. Maka dari itu, yang akan di hisab dan dimintai pertanggungjawaban dari kita adalah hal-hal yang sifatnya bisa kita pilih. Yaitu amalan-amalan kita, baik yang nampak maupun yang batin.

Contoh, seseorang ditimpa musibah berupa rumahnya yang roboh karena badai. Ia tak bisa memilih apalagi mencegah musibah tersebut, oleh karena itu ia tak akan ditanya di akhirat nanti, “Kenapa rumahmu roboh?” Tapi ia akan ditanya atas apa yang bisa ia pilih, yaitu respon dan sikapnya terhadap musibah itu. Jika ia memilih bersabar dan tetap berbaik sangka pada Allah, maka beruntung lah ia. Namun jika ia memilih marah, menyalahkan takdir dan bahkan berburuk sangka pada Allah, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban atas sikapnya tersebut.

Contoh lagi, seseorang yang menginginkan kekayaan. Kekayaan adalah hal yang tidak bisa dipilih, namun bisa diusahakan. Nah, usaha untuk menggapai kekayaan itu adalah hal yang bisa ia pilih, maka bentuk ‘usaha’ itulah yang kelak akan di hisab dan dipertanyakan. Apakah ‘usaha’ itu lewat jalan yang halal atau haram. Kemudian, ketika kekayaan itu telah ia raih, ia akan kembali dihadapkan dengan berbagai pilihan. Antara bersyukur atau kufur, antara rendah hati atau sombong, antara bersedekah di jalan Allah atau berfoya-foya di jalan syahwat. Semua itu adalah pilihan, dan semua pilihan akan selalu ada konsekuensi nya.

Kesimpulan yang bisa kita ambil adalah:

Pertama, terhadap hal-hal yang tidak bisa kita pilih, seperti warna kulit, latar belakang keluarga, musibah yang menimpa dan lain sebagainya, jangan terlalu risau, galau dan bersedih atas itu semua. Karena itu tidak menentukan kita di masa depan dan di akhirat pun kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu.

Kedua, terhadap hal-hal yang bisa kita pilih, seperti perbuatan, perkataan dan niat, maka hendaknya kita selalu memilih untuk menjadikannya dalam kebaikan. Karena itulah yang akan kita petik hasilnya di masa depan dan akan kita terima balasannya di akhirat.

Hidup Adalah Pilihan

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ (8) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ (10)

Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams: 8-10)

Maka benarlah bahwa hidup adalah pilihan, life is choice. Setiap lembar kehidupan kita selalu diisi dengan pilihan-pilihan. Setiap yang kita dapatkan saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan kita di masa lalu. Adapun pilihan-pilihan yang kita buat saat ini akan menentukan apa yang akan kita dapat di masa mendatang. Dengan begitu, sungguh tak layak jika seseorang meng-kambinghitamkan keadaan atas kegagalan yang menimpanya. Karena sebenarnya, kegagalan yang ia alami saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang ia ambil di masa lalu.

Sejak bangun tidur kita sudah dihadapkan dengan beberapa pilihan. Misalnya, antara menunaikan kewajiban atau kembali melanjutkan tidur. Kemudian setelah shalat, akan ada pilihan lagi, antara kembali tidur atau memulai aktivitas harian. Begitu seterusnya hingga kita tidur lagi. Pun seperti itu hari-hari esok hingga kita mati. Maka marilah kita senantiasa berdo’a dan berusaha, supaya apa-apa yang kita pilih adalah hal-hal yang mendekatkan kita pada Allah Ta’ala, yang kelak akan membuat kita bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Wallahua’lam bish-shawab.

Oleh: Mujahid Ammar

2 komentar

Ar, Minggu, 12 Feb 2023

bukan choise tadz, tapi choice

Balas

    musana, Rabu, 10 Jan 2024

    jazakallahu khoiron atas koreksinya.

    Balas

TINGGALKAN KOMENTAR

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Arsip