SEKILAS INFO
: - Jumat, 04-10-2024
  • 2 bulan yang lalu / Pengambilan Sanad Al Qur’an Qira’ah Imam Ibnu katsir (Riwayat Al Bazzi & Qunbul) Online bersama Ust Khoirul H. Faturrozy, info hub. 089667586200  
  • 8 bulan yang lalu / Bingung pilih pondok Tahfidz atau pondok IT ? di Darul Fithrah kamu bisa dapat keduanya. Lebih Efektif & Efisien
  • 1 tahun yang lalu / Penerimaan Santri Baru ponpes Darul Fithrah resmi di buka
MENGUNGKIT SEDEKAH | Merusak Berkah Ibadah

 

Sedekah dapat menghantarkan seseorang pada kebaikan. Tak hanya itu, sedekah juga mendatangkan ganjaran yang melimpah ruah. Allah telah menjanjikan 700 kali lipat balasan atas harta yang kita keluarkan untuk kepentingan di jalan Allah sesuai dengan kadar keikhlasan dan niat yang kita bawa. Namun, ganjaran tersebut menjadi rahasia Allah yang tak satupun manusia mengetahui kapan akan dibalasnya. Jika berkehendak Ia akan balas kontan di dunia, dan jika Ia berkehendak, akan balas di akhirat dalam bentuk kenikmatan yang tiada tara.

Akan tetapi, bagaimana jadinya jika sedekah tersebut sering diungkit? Mengungkit pemberian pada dasarnya adalah suatu perbuatan yang dicela oleh Allah apabila disertai dengan rasa sombong dan menghina orang lain. Perbuatan ini juga dapat merusak nilai ibadah. Allah pun mengingatkan dalam firmannya bahwa perbuatan tersebut dapat menghapus timbangan kebaikan yang didapat manakala seseorang bersedekah.

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS. Al-Baqarah: 264.

CELAKA KARENA NIAT

Dalam kitab Tafsir al-Quran al-Adzim karya Imam Ibnu Katsir dijelaskan bahwa sedekah akan menjadi sia-sia apabila menyebut-nyebutnya dan menyakiti penerimanya. Seperti seseorang bersedekah dan mengungkitnya di lain hari agar mendapat pujian dan penghormatan. Begitupula jika seseorang bersedekah dengan cara yang tidak baik, memaki si penerima dan memberikannya dengan cara dilempar misalnya. Hal yang demikian akan menghapus pahala kebaikan sedekah seseorang. Allah juga mengingatkan bahwa sedekah tak hanya sekedar menyisihkan harta. Lebih dari itu, niat ikhlas lillahi ta’ala dan mengharap ridha Allah adalah nilai jual utama dalam bersedekah yang harus tertanam pada diri seseorang.

Perumpamaan yang diberikan Allah jelas menggambarkan bahwa seluruh amalan bisa habis tidak tersisa apabila kita melakukan perbuatan tercela tersebut. Seperti sebuah batu licin yang terdapat tanah diatasnya. Namun, tanah tersebut lenyap seketika tatkala hujan lebat mengguyur batu tersebut, hingga tak ada bekas tanah sedikitpun yang menempel diatasnya.

Perbuatan diatas sama halnya seperti seseorang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Sebanyak apapun sedekah atau  harta yang mereka keluarkan, tak akan berguna bagi mereka dan tak akan memberatkan mizan kebaikannya kelak. Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di Akhirat. Semua terhapus bagai debu akibat kekufuran mereka terhadap Rabbnya.

AGAR TETAP BERKAH

Pada hakikatnya menyembunyikan suatu amal adalah bentuk dari menjaga keikhlasan agar terhindar dari perbuatan riya’ (ingin di lihat orang lain). Namun, ada beberapa keadaan yang memperbolehkan seseorang untuk menampakkan sedekahnya (mengungkitnya). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Minhajul Qashidin karangan Ibnu Qudamah al-Maqdisy. Seseorang boleh mengungkit atau memperlihatkan amalannya (sedekahnya), apabila disertai dengan niat agar perbuatan yang ia kerjakan dapat diikuti oleh orang lain dan mendorong manusia agar berbuat kebaikan pula. Akan tetapi, hendaknya ia bisa menjaga diri dari sifat riya’ atau ingin mendapat kedudukan di masyarakat sekitarnya. Maka, tidak patut bagi seseorang yang belum bisa menjaga hati dari sifat riya’ untuk melakukan hal serupa.

Menampakkan amalan juga sangat dianjurkan manakala hendak mengajarkan kepada orang lain atau sanak keluarga seperti anak, suami, istri, atau lainnya untuk melakukan kebaikan. Namun, perkara ini dapat dilakukan jika dipandang tidak menimbulkan madharat yang lebih besar. Banyak hal yang harus dipertimbangkan apabila hendak memperlihatkan amalan, diantaranya terbebas dari rasa sombong, merendakan manusia, serta ingin memiliki kedudukan.

Seperti yang dikatakan Abu Bakar bin Iyyasy kepada anaknya tatkala hendak menjelang ajal: “Janganlah kamu bermaksiat kepada Allah di rumah ini. Karena aku sudah mengkhatamkan al-Quran di dalamnya sebanyak 12 ribu kali khatam.” Perkataan Abu Bakar tidak semata-mata ingin menunjukkan amalannya. Lebih dari itu, Abu Bakar hendak memotifasi anaknya agar bisa lebih baik dari apa yang ia lakukan. Sama halnya apabila hendak mengajarkan anak untuk bersedekah dan mengajak mereka dalam kebaikan, perlihatkan apa yang pernah kita dikerjakan selama hal itu dipandang berguna dan bermanfaat. Wallahu a’lam.[IbnuRistan]

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.