Ujian Terberat

Seseorang dari bani israil berkata, “wahai Rabbku, berapa kali aku bermaksiat kepada-Mu namun Engkau tidak menghukumku? Maka dikatakan kepadanya, berapa kali Aku menghukummu tapi kamu tidak menyadarinya. Bahkan aku telah menghalangimu dari merasakan nikmatnya beribadah kepada-Ku”
{Shaidul khathir,hal. 55}

Terkadang seseorang tidak menyadari bahwa ada hukuman yang lebih berat dari diberinya rasa sakit, ditimpanya musibah atau diuji dengan kematian. Cukuplah hati kita dijadikan keras dan jauh dari kenikmatan iman adalah seberat berat hukuman.

Allah Ta’ala menyayangi hambanya lebih dari hamba itu menyayangi Allah. Tidak kah kita pernah merasa bahwa diri kita hina, berlumur dosa, namun Allah tetap mengabulkan permintaan kita?

Maka disitulah letak ujian yang sebenarnya bagi kita. Apakah kita akan tersadar? Atau kita tetap tidak peduli?

Dalam sebuah hadits disebutkan;

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengujinya”.

Lalu bentuk ujian itu berbeda-beda. Tergantung kadar dan kemampuan seseorang.

Ujian diberikan untuk mengetahui derajat seseorang. Jika dia berhasil melaluinya maka ia akan naik kelas. Jika gagal, maka ia akan mengulang ujian tersebut. Dan Allah tahu betul kemampuan manusia, maka tidak akan mungkin ujian tersebut melebihi kemampuan mereka.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah : 286)

Dan bagi mereka yang berhasil melewati ujian tersebut, maka berbahagialah. Allah mengangkat derajat kalian. Sedang bagi mereka yang gagal maka ingatlah, Allah bersama kalian.