“Aku ini mau jadi apa ke depannya?”
“Ngapain aku belajar terus di pesantren?”
“Apakah hidupku hanya soal menghafal, ngaji, lalu selesai?”
Jawabannya: Tidak!
Kita sebagai santri bukan hanya sedang “menjalani rutinitas”, tapi sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang berkontribusi. Bukan hanya buat diri sendiri, tapi juga untuk umat, masyarakat, dan masa depan Islam.
Tapi agar kita bisa memberi kontribusi nyata, kita perlu merancang arah hidup kita dengan sadar, dengan ilmu dan strategi. Salah satunya: mengenali dan mengembangkan minat dan bakat kita sebagai santri.
1. kita Punya Potensi Besar
Banyak orang mengira santri hanya bisa jadi ustadz atau guru ngaji. Padahal, itu cuma satu dari banyak pilihan kontribusi. Santri bisa jadi desainer, penulis, pemimpin, pengusaha, programmer, konten kreator, bahkan inovator di bidang teknologi—selama kita tahu cara mengarahkan potensi itu dengan benar.
Ingat, kita ini punya kelebihan:
Kalau potensi itu digabung dengan minat dan bakat pribadi, hasilnya bisa luar biasa!
2. Mengenali Minat dan Bakat di Pesantren
Minat dan bakat bukan hanya ditemukan di luar, tapi bisa banget tumbuh dan terlihat selama kamu mondok. Misalnya:
Catat: Jangan anggap sepele hobi atau minatmu. Bisa jadi itu adalah jembatan menuju kontribusimu.
3. Belajar Menghubungkan Bakat dengan Kebutuhan Umat
Kunci dari “kontribusi unggulan” adalah bukan cuma yang kamu suka, tapi juga apa yang dibutuhkan umat.
Misalnya:
4. Jangan Tunggu Lulus, Mulailah Dari Sekarang
Banyak santri menunda berkarya karena merasa:
“Ah, aku belum bisa…”
“Nanti aja kalau sudah lulus…”
“Aku masih belajar …”
Padahal, justru masa mondok adalah waktu terbaik untuk mencoba, gagal, belajar, dan berkembang. Kenapa?
5. Rancang Misi Kontribusimu
Tanyakan pada diri sendiri:
Buat satu kalimat misi hidupmu. Contoh:
Kalimat itu bukan hanya cita-cita. Tapi arah hidup yang bisa kamu perjuangkan mulai hari ini.
Penutup: Santri Biasa, Kontribusi Luar Biasa
Teman-teman, jangan pernah meremehkan diri kita sebagai santri. Kita mungkin tidak viral, tidak terkenal, atau tidak punya banyak follower. Tapi kalau niat kita benar, dan usaha kita sungguh-sungguh, maka kontribusi kita di sisi Allah bisa sangat besar.
Bukan seberapa besar panggungmu, tapi seberapa tulus niatmu. Bukan soal kamu siapa, tapi kamu mau berbuat apa.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Ayo, mulai dari pondok, dari lingkup kecil, kita bangun kontribusi unggulan.
Jadilah santri yang bukan hanya baik untuk diri sendiri, tapi juga bermanfaat untuk umat dan zaman.
Tinggalkan Komentar